Shalatulail Dinihari




Saat itu aku nanti,

Saat itu aku tunggu,
Saat itu aku cari,
Saat itu aku rindu

Tikar usang di hampar girang,
Pakaian lusuh itu di sarung megah,
Segenap urat saraf melonjak girang,
Rindu yang di simpan tak lagi tertahan

Saat itu aku nanti,
Saat itu aku tunggu,
Saat itu aku cari,
Saat itu aku rindu

Dada yang sesak kembali lengang,
Jasad yang hanyut kembali timbul,
Fikiran yang berserabut kembali tenang,
Jiwa yang rapuh kembali kental

Saat itu aku nanti,
Saat itu aku tunggu,
Saat itu aku cari,
Saat itu aku rindu

Alunan Kalamullah intim di bibir,
Membasuh hati yang mula berdebu,
Zikir dan tasbih bertahmid di segenap saraf,
Mengasuh hati yang kian keras

Saat itu aku nanti,
Saat itu aku tunggu,
Saat itu aku cari,
Saat itu aku rindu

Di kala dinihari ini,
ku bangkit dari lenanya nyenyak,
nyamannya gebar,
empuknya tilam,
demi membuktikan ketaataanku pada mu Ya Rabbi

Saat itu aku nanti,
Saat itu aku tunggu,
Saat itu aku cari,
Saat itu aku rindu

Alangkah indahnya shalatulail pada-Mu Ya Allah
Akan terhindarnya diri ini dari segala penyakit,
Pada raut wajah hina ini lahirnya cahaya takwa,
Pada diri yang kerdil ini di kasihi sekalian mukmin,
Di ulas bibir ini bicaranya mengandungi hikmah,
Pada kehidupan ini di hadiahkan kekuatan dan limpahan rezeki

Saat itu aku nanti,
Saat itu aku tunggu,
Saat itu aku cari,
Saat itu aku rindu

Tikanya jasad bercerai dari badan,
Perjalanan di teruskan ke daerah barzakh,
Sebelum pulang ke kampung Mahsyar
Keindahan shalatulail-Mu,
Membangkitkan diri hina ini dari empuknya tanah dengan wajah berseri-seri,
Jalanan hisab yang panjang itu dipermudahkan,
Sirat al-Mustaqim direntasi bak kilat,
Pada tangan kanan itu,
Kitab amalan diserahkan.
Tak kan pernah ternilai dengan air mata ku ini dengan limpahan kurniaan Mu Ya Rabbi

Saat itu aku nanti,
Saat itu aku tunggu,
Saat itu aku cari,
Saat itu aku rindu

Kisah imarah kekasih-Mu diteladani,
Walau di gelar Sayyid al-Mursalin,
Walau di jamin syurga,
Walau tumit kaki pecah merekah,
SHALATULAIL tetap istiqamah
Getar hati ini akan sifat tawadduk kekasih-Mu, Ya Rabbi

Dosa-dosa ku tak terhitung bagai dedebu,
Amal taubat pun tak mampu menampung
Walau setiap hari sisa umur makin berkurang, 
Namun noda dosa makin bertambah menyeliputi diri

Diri ini sedar Ya Ilahi
Hina menyelubungi,
Jahil masih menyelimuti,
Nafsu kerap tersungkur kalah,
Noda dosa makin bertambah,
Bumi makin nazak,
Kiamat makin mendekat

Dan
Saat itu aku nanti,
Saat itu aku tunggu,
Saat itu aku cari,
Saat itu aku rindu

Hanya shalatulail-Mu pengubat jiwa yang makin lumpuh

Kini
Tilam empuk itu tak lagi tersenyum megah,
Saat hamparan lusuh yang menjadi pengalas
Bantal nyaman itu tak lagi berteriak megah,
Saat lengan yang menjadi alas
Gebar nyaman itu tak lagi menonjol megah,
Saat pelikat usang yang membaluti tubuh
Tinggallah keduniaan,
Tinggallah kemewahan
Akhirat menanti,
Kerana janji-Nya pasti!

Selagi nadi berdenyut,
Selagi nyawa berhembus,
Walau langkah kaki mulai sumbang,
Walau mata mulai samar,
Walau telinga kedengaran rusuh,
SHALATULAIL tetap istiqamah dengan izin mu Ya Ilahi


"Wahai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu beri peringatan! dan agungkanlah Tuhan-mu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,"  (Al-Muddatstsir 74:1-5)


–nk

Comments

Popular Posts