Maafkan Aku Ibu
Kini masih sendirian,
Di kamar usang aku kembali,
kenangan lama kembali terusik walau payah aku usir,
dada sesak melemaskan aku,
jasad bergetar halus,
keluarkan tangis mu wahai mata!
Aku mohon..
Serasa aku hampir rebah di jerami,
Ya Allah bantu aku!
Hati mengertilah,
kan ada hikmah di sebaliknya
Maafkan aku Ya Rabbi,
Aku tak kuat,
Kesakitan ini seolah menghunus tajam ke dasar hati,
pinta ku hanya satu,
moga saat aku bangkit dari rebah ini,
tiada lagi dendam,
tiada lagi air mata,
biarkan kesakitan itu berlalu pergi,
agar dapat aku berdiri kembali
Serasa hampir suku abad kenangan itu aku lontar,
walau payah,
walau berat,
kaki ini tetap di hayun melangkah,
demi sebuah sinar yang aku cari
Bertahun aku asuh jiwa,
bertahun aku ajari hati,
bertahun aku ucap kata maaf,
demi melerai sebuah dendam yang kian bercambah
Aku hanya insan biasa,
lemah kala ujian-Nya menyapa,
Walau luarannya aku teguh,
aku punyai jiwa
Walau raut wajah tenang,
namun hati ini rapuh
Walau bibir tersenyum indah,
hati ini tak pernah sunyi dari tangis
Sehingga aku lupa yang sebenarnya fungsi mata itulah yang menghambur tangis
Aku sedar hinanya diri ini,
Aku tak punya raut wajah yang tampan,
tak juga dijulang dengan ilmu yang tinggi,
tak juga dimegah dengan lisan yang kencang,
aku hanya ada sekeping jiwa yang rapuh
Walau jauh mana aku berlari,
walau sedalam mana aku bersembunyi,
walau sekuat mana aku pekakkan telinga,
walau sepekat mana aku gelapkan mata,
aku tak mampu mengusir jauh kenangan itu
Saatnya kanak-kanak lain riang bercanda,
aku hanya merenung dari kejauhan,
saatnya mereka bermain riang,
aku hanya tersorok diceruk dapur,
saatnya pakaian cantik tersarung megah ditubuh mereka,
aku hanya dialasi kemeja buruk,
tapi aku tak peduli semua itu,
kerana yang aku damba hanya secebis rasa kasih yang bernama SAYANG
Disaat barangan kesukaan Ibu dirosakkan,
Ibu pujuk mereka,
Ibu belai mereka,
Disaat aku lupa mengangkat pakaian di ampaian,
hanya sebakul herdikan,
segenggam cubitan yang Ibu hadiahi,
Aku pelik,
Aku bingung,
SIAPAKAH AKU?
Kehidupan aku lalui,
tiada garam,
tiada gula,
hanya air kosong semata,
tak berwarna
Saatnya aku menjejakkan kaki ke alam dewasa,
seluruh rongga terbuka luas
Rupanya dunia bukan seindah-indah hiasan,
Kebaikan diseluputi kejahatan,
keceriaan hanyalah lukisan,
kepalsuan mula terbongkar,
yang ada hanyalah sebuah lakonan
Ah, itu semua asam garam hidupku!
bukan satu keanehan yang merenjatkan aku
Dalam renungan aku tersedar
rupanya hati ini jahil dalam mengenal makna SAYANG,
aku mencari,
aku menggali
Namun,
mengenalinya membuatkan aku hampir rebah di lautan air mata
Ya…saat aku mengerti kata itu,
buat pertama kalinya mata ku benar-benar menjalankan fungsinya
Di kala itu aku hanya mampu menyesalinya
betapa indahnya sebuah kata itu,
bisa merobek seluruh jasadku,
hati yang dulu keras bak batu,
kini cair hampir ke titisan
Di kejauhan,
aku intai raut wajah lena mu
Pada dinginnya malam,
aku damba pelukan mu
Saat jemari nakal bersuara,
ingin ku sentuh lembut wajah mu
Tapi ku tak bisa,
walau sekadar angan ianya cukup membahagiakan aku
Kehidupan mematangkan usia,
ujian yang penuh sesak mendewasakan aku
Menjauh mengajar aku erti sebuah kehidupan,
setiap saatnya,
setiap detiknya,
penuh dengan perjuangan
Walau hati seakan mati,
jasad tetap hidup menjalani hari,
selagi mana ianya belum bercerai dari badan
Pulangnya diri mengharapkan secebis sinar,
namun ternyata sejarah itu pasti kan berulang
Entah mana silap ku,
entah apa dosa ku,
tiada jawapan yang ku temui
Aku buntu
Aku bingung
Seakan hampir suku kenangan itu terlayar,
walau berkali aku cuba menepis,
seakan tak mampu aku bohongi diri
Kenangan itu hampir membunuhku,
aku terkapai-kapai menyusun langkah,
walau berkali rebah,
walau beribu luka tergarit,
ianya tak separah hati ku yang carik
Kematangan itu mendewasakan aku,
mengajar aku untuk mengalah,
mendidik aku kala amarah merajai,
mengasuh aku saat hati rusuh,
memarut secakir senyuman kala bibir mulai lesu
Pada siapa harus ku megah
Pada siapa harus ku laung amarah
Pada siapa harus ku mencebik sinis
Pada siapa harus ku berkata hina
Sedangkan semunya dari DIA
Pada cerahnya siang,
aku tersenyum payah
Pada pekatnya malam,
aku menangis lesu
Di saat pekat malam tiba,
aku kembali pada-Nya
Tunduk sujud penuh kekerdilan
Menghambur sejuta rasa yang terhimpit didada,
mengharap sebuah pengertian,
merayu demi secebis keampunan,
meminta sebongkah kekuataan,
kerana aku hanya punya DIA
Pada coretan hebatnya seorang Ibu,
hati bergetar kuat
Pada teladan kisahnya seorang Ibu,
hati menangis
Walau hanya coretan,
ia bisa membuat aku mengerti
“ The more I was hurt by it,
it just meant I loved Mom that much more.”
Saatnya,
anak-anak mu pulang ke pangkuan mu,
bening mata mu bersinar indah
Bibir mu tak lekang dek senyuman,
berceloteh penuh riang
Dan aku hanya memandang dari kejauhan,
bibir perlahan mengukir senyuman
Syukur, hati mu tak lagi bersedih
Walau aku tak mampu membuat mu tersenyum,
walau aku tak mampu mengundang tawa mu,
walau aku tak mampu menceriakan hari-hari mu,
hati ini tak pernah berhenti menyanyangi mu,
di setiap waktu solat,
doaku tak pernah surut buat mu
Aku mulai mengerti akan sebuah hakikat,
Walau seluruh dunia aku redahi,
tak kan pernah ku temui pengganti mu,
Biar sedalam mana pun luka yang terparut,
akan ku balut dengan kasih-Nya,
Maafkan aku pada yang sudi menghulur,
bukan diri ini megah kerana menepis,
Mengertilah,
Aku takut andai kasih ku cuma palsu,
Biarlah hanya jasad ku yang bicara,
Walau lafaz itu bagai mutiara,
kesakitan itu tetap tak mampu aku lontar ke tepi
Saat ini aku mengerti,
hati yang aku tak punya,
tak kan pernah mampu aku juarai,
walau sejuta permata sebagai pengganti
Maaf andai kata ini mengguris,
aku hanya mengharapkan pengertiaan buat mu wanita yang bakal bergelar Ibu
Pada nilai kasih mu,
jangan pernah kau bandingkan
Pada curahan sayang mu,
jangan kau berlaku curang
Pada setiap kesalahan,
jangan pernah kau berat dalam mengadili
Pada setiap bicara,
jangan kau pandang remeh
Pada setiap teguran,
jangan kau melampaui batas
Kerana ketahuilah
Pada mu,
si kecil mengharap
Pada mu,
si kecil terasuh
Pada mu,
si kecil membina peribadi
Pada mu,
si kecil mencorak hatinya
Hanya pada mu,
Si kecil belajar erti kehidupan
jatuhnya ia,
lukanya ia,
calarnya ia,
hanya kerana mu.
walau tak bisa kau berikan segunung intan,
cukup dengan kudrat termampu mu,
walau sejerih mana pun perasaan mu,
kan kau temui bahagianya ia pada satu saat nanti
Perkahwinan bukan semata penyatuan dua hati,
tidak hanya membuktikan cinta agung mu,
bukan jua pengelak dosa,
di saat akad di lafazkan,
terhimpunnya tanggungjawab di pundak mu
Penuhkanlah ilmu didada mu,
bukan hanya dengan ilmu duniawi,
tetapi tenggelamkan lah diri mu dengan ilmu hakiki,
walau sekencang mana pun badai menyapa,
pasti kau kan teguh dengan pertolongan-Nya
Anak itu kurniaan terindah dari Ilahi,
sucinya ia bak kain putih
Jangan nanti kerana tangan mu,
kain putih itu terpalit penuh dengan kotoran
Kerana pada saat itu,
kau tak kan pernah mampu memadamkannya
Mom,
The more I learn,
The more I love,
The more my heart can’t get enough,
The much more I love you
The more my heart can’t get enough,
The much more I love you
Dedicated for :Eg <a lot with love>
Jika kita kehilangan sesuatu, pasti ada alasan di sebaliknya. Alasan yang kadang sukar untuk dimengertikan. Namun percayalah, saat DIA mengambil sesuatu dari kita, telah DIA mempersiapkan sesuatu yang lebih baik untuk digantikan.
–nk
–nk
Comments
Post a Comment