Antara Garisan
Idea: Dari Langit
Anehnya
rasa yang bernama cinta berulang kali membuatkan akal tumpas pada yang bernama
air mata. Ketika kaki yang teguh melangkah disapa rindu yang datang tanpa ketukan
salam, larian seakan sumbang. Bukan kerana lemah, namun kerana rasa rindu itu
datang bersulam dengan salam cintaNya. Melontar aku pada hakikat seorang hamba.
Membawa aku melabuh sejenak, menghantar syukur walau hanya pada setitis air
mata.
Melewati
garis kehidupan yang masih lagi hijau, sejujurnya hati terlalu takut saat kata
cinta melewati hari. Dan aku hanya mampu terdiam disudut hari, mengharap Kau
ada mengemudi langkah kaki.
Tuhan,
rapuhnya aku membaja cinta yang Kau pinjamkan, banyak hati telah aku gurisi.
Takutnya aku untuk melewati hariMu menebar indahnya sebuah kata yang bernama
cinta menyaksikan berulang kali aku rebah pada luka yang sama. Ketika aku
merasakan cinta itu terlalu menyakitkan untuk aku dakap ke hati, Kau menyapa
aku dengan hakikat cintaMu; tidak melemahkan, tapi membangkitkan kekuatan. Dan
saat ini, walau air mata bagaikan teman akrab sang pipi, betapa aku insan
kerdil mengagumi indahnya CintaMu yang Kau petakan untukku..
Walau
berulang kali aku jatuh, aku kan tetap bangkit bagaikan semalam hanyalah
hembusan angin yang membuatkan aku lelah seketika sebelum kembali bangun
menyambung langkah. Dan itulah anehnya cintaMu Illahi. Kau membiarkan aku
meniti hari dalam bingung yang aku sendiri tak mengerti. Dan saat larianku
makin menjauh dari landasanMu, Kau nokthkan langkahku sejenak, menghantar
kosong dihati sebelum Kau ganti dengan cintaMu yang abadi. Maha Agung Cinta Mu
Rabbi…
Tika
aku hanya manusia biasa yang mejejaki hari bersama alpa dihati, sungguh terlalu
jauh aku melupakan Mu Rabbi…
Memujuk
hati pada sesuatu yang tak pasti, adakalanya membuatkan aku terhenyak sepi
lantas langkah kaki dipaksa berlari tanpa henti; berharap rasa itu kan pergi.
Dan hakikatnya aku bagai menghukum diri sendiri dalam percaturan yang
meletakkan Kau makin menjauh, dan sakitnya bagai menikam diri sendiri. Sungguh
aku lupa Rabbi, hanya padaMu tempat segala galanya kembali.
Tika
segala galanya ku terasa ampuh, aku hanya mampu memandang langitMu Illahi.
Labuhan yang menghantar degupan dihati, kerdilnya aku insan yang sering lupa
saat dijengah oleh payahnya kata yang bernama kehidupan. Tuhan, saat aku benar
benar terluka Kau menunjukkan jalan. Jalan yang memetakan haluanku. Jalan yang
membuatkan aku kembali menangis, setelah luka yang berjaya aku jahit. Dan aku bertanya
padaMu, ‘Tiadakah bahagia untukku?’ Dan Kau tersenyum memujuk, ‘Kehidupan ini adalah
perjuangan hambaKu. Perjuangan yang Aku saksi pada air mata mu untukKu, pada
taubatmu mengharap keampunanKu, pada rintihanmu mengharapkan jalanKu, pada
pengharapanmu yang mendambakan KeredhaanKu, hanya Aku Yang Satu; Tuhan mu.’
Dan
adakah bahagia yang lain yang kau dambakan duhai diri?
Untuk
cinta yang tak pernah aku mengerti, yang membawa aku berdiri disini saat ini, memandang
langit Illahi dalam mahabbah rindu yang tak kan pernah pudar, terima kasih
Tuhan ku.
Anehnya
cinta, perlahan memaku hakikat cinta itu yang sering menjagakan aku tentang betapa
Agungnya Penciptanya...
Illahi
Setiap
kali
Hati
goyah
Meniti
hari
Aku
tahu
Kau
ada
Memandang
ku
Penuh
kasih
Mengemudi
langkah kakiku
Illahi
Setiap
kali
Takut
menyapa
Cinta
dihati
Tak
lagi mendamaikan
Hanya
resah
Dan
curiga
Yang
merajai
Dan
disudut hati kecilku
Ku
tahu
Kebenarannya
Saat
Kau pasakkan keyakinan
Yang
tak pernah luntur
Yang
membawa kaki ku
Teguh
berdiri saat ini
Tuhan, untuk cinta yang Kau hadiahkan ini moga aku mampu
menjaganya untuk yang halal buatku…
Memandang langit Mu
Sungguh aku bagaikan si gila
Dalam senyuman yang panjang
Pada birunya si langit
Kau sungguh ku terasa dekat
Berbicara indah
Membalut penatnya hariku
Menjadikan aku rasa indah
Dalam Rahmat dan Kasih Sayang Mu
Tika aku mencari bintang Mu
Untuk menyelam indahnya kerlipannya
Hanya bulan yang kelihatan
Dan aku terus menunggu
Kerana ku yakin pada Janji Mu Rabbi
Saat langkah kaki ternoktah dihadapan laut Mu
Betapa aku merasa kerdil pada alam Mu
Setianya sang pantai
Walau berulang kali dipukul ombak
Kerana sang ombak lah
Yang sering membasuh khilaf yang terpeta
Membawa jejak baru
Dalam mengharap Keampunan dan Keredhaan Mu Rabbi
Ketika aku ini pendosa
Yang sering melakar khilaf dijejak hari
Ampunkan aku Duhai Illahi
Saat hati sering basah
Bila disapa ributnya hujan
Yang datangnya
Untuk membasuh noda dosa
Yang aku sendiri lakari
Rabbi
Izinkan aku melabuh dikaki bukit Mu
Mencari segumpal hati
Yang makin tenggelam dalam ributnya hari
Moga aku kembali berlari
Mengejar pelangiMu
yang telah kau janji
yang telah kau janji
–nk
Comments
Post a Comment