Air Mata Tarbiyah
Pada lautan tarbiyah aku menangis kesyukuran
Sendu yang sekian lama sepi, kini membuak penuh syahdu
Ternyata “Sesungguhnya, jika Allah s.w.t mencintai seorang hamba, maka DIA tenggelamkan hamba itu dalam cubaan”
Ujian-Mu yang penuh sesak melemaskan aku
Pada garangnya sinar mentari aku mengeluh pantas,
Pada pekatnya malam aku gelisah tak sudah
Hati menjerit demi sejalur ruang damai yang didamba
Kaki menyusun langkah,
lautan dunia yang penuh sesak diredahi,
pada sebuah pesta yang penuh bingit kaki terhenti,
ruangan kosong itu kini dipenuhi
ternyata keseronokan itu bisa mendamaikan hati
Ah, dengan wang segala-galanya mudah!
Saatnya diri hilang dari puncak kegemilangan,
kawan jadi lawan
yang dulunya manis, kini makin kelat
diri terbuang seolah jijik lagi hina
tak dipandang, bahkan dicampak jauh
tak ubah seakan pengemis
Diri dipaksa berdiri meneruskan sisa hari
hati tak putus mencari akan damai yang hakiki
Pada palsunya kasih bernama CINTA aku berpaut
pada si dia luka dihati terawat,
pada si dia sepi yang menghiasi diri terisi,
pada si dia diri ini mengangumi,
pada si dia diri ini sering merindui,
pada si dia aku bergantung harap, untuk mengemudi jalanan yang bakal dihadapi
Pada lautan kasih yang bersalut kepalsuan aku tenggelam
diri yang sekian lama hanyut terus karam
damai yang dicari langsung tak menyapa
Ujian demi ujian silih berganti menjenguk diri,
butir-butir keluhan tak pernah putus dari ulas bibir,
dahan-dahan yang dipaut digenggam seeratnya,
mengharapkan padanya diri terus berdiri
lupa yang mereka jua adalah milik-Nya
Saat bibir tersenyum gembira,
hati kembali disapa duka
sekelip mata kasih yang hadir hilang membawa diri
CINTA yang dicurah seakan tak bernilai
semudah pemadam rasa itu pergi
Tiada yang tinggal
hanya jasad kosong yang masih bernyawa
Bumi masih berputar,
matahari masih saling berganti dengan si bulan
Walau payah, diri digagahi
mencari sebuah hakikat yang masih lagi kelam tak bersuluh
Saat kelopak mata terbuka,
diri disapa lagi dengan ujian
Serasa hati hampir mati ketenatan, tak tertanggung lagi
Dijengah dengan khabar penyakit barah bukannya khabar indah
namun bibir tak lagi terkeluh,
hanya pandangan kosong menembusi dinding,
akal seolah tak mampu memahami rasa yang tertafsir dihati.
Kudrat yang masih tersisa mengheret kaki melangkah
Pada remangnya senja,
kepala didongak ke dada langit,
hati yang tenat bergetar halus
bibir yang tak lekang dari keluh berzikir memuji kebesaran-Nya
Pada indahnya alam yang menghiasi,
Pada merdunya kicauan suara burung yang berterbangan bebas,
Pada tenangnya sungai yang mengalir indah,
Pada harumnya bunga yang mekar mewangi,
Pada hijaunya rumput yang mendamaikan jiwa
Air mata gugur membasahi pipi
Agungnya ciptaan-Mu Ya Rabbi
menarik akal jahil ini berfikir
menyentak diri ini bermuhasabah
mengembalikan aku pada hakikat penciptaanku
Allahu Ya Rabbi…Agungnya Kuasa-Mu
Hati ini menangis insaf
Setelah sekian lama jasad kaku, tak mengenal pencipta Agungnya
kini jasad hina ini kembali tunduk sujud pada-Nya
menangisi sekalung bongkak yang dulunya dilontar megah,
menyesali setiap noda dosa yang dilakar alpa
demi mengharapkan secebis keampunan-Nya
untuk menggapai sejalur hidayah,
agar jasad hina yang gelap sisinya ini kembali disirami sinar taqwa-Nya
Kini air mata menjadi saksi penyesalan noda dosa silamku
Di setiap jejakku yang beralaskan bumi ciptaan-Mu,
air mata ini tak henti mengalir
Kini aku mengerti
tiada yang lain untuk ku bergantung harap melainkan hanya kepada-Nya semata
Telah ku redahi seluruh daerah dunia
Tak ku temui damai yang ku cari pada megahnya nilai wang kertas
tak ku temui damai yang ku cari pada gahnya hiasan dunia
tak ku temui damai yang ku cari pada keseronokan yang penuh dengan maksiat
tak ku temui damai yang ku cari pada cinta seorang insan
tiada yang ku temui melainkan sebuah kekecewaan
Saat ujian yang menyeri hari disingkap,
tiada lain yang kedengaran melainkan kata syukur yang beralun dibibir
air mata keinsafan bak beranak sungai dipipi,
tak ku tahan, tak ku seka
moga kesakitan atas kejahilan ku dibawa pergi bersama-samanya
Pada gemilangnya dunia,
aku menyerah diri,
mengharap sejalur rasa yang mampu mendamaikan jiwa
namun ternyata semua itu hanyalah palsu
hilang saat dirimu tak bernilai,
kejam saat dirimu tiada daya,
membunuh saat dirimu tersungkur rebah,
tiada sekelumit kebenaraan dan kebahagiaan yang dijanjikan,
hanya campakan atas palitan dosa-dosa ke lembah hina yang pasti,
sebagaimana yang tercatat didada agung kalamullah
“Dan untuk orang-orang yang melakukan kejahatan (syirik dan maksiat), balasan tiap-tiap satu kejahatan mereka ialah kejahatan yang sebanding dengannya serta akan ditimpakan kehinaan; tiadalah bagi mereka pelindung dari (seksa) Allah; muka mereka (hitam legam) seolah-olahnya ditutup dengan beberapa bahagian (yang gelap-gelita) dari malam yang gelap-gelita. Mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Yunus:27)
Pada kurniaan indah-Nya,
hati mengenal makna cinta
namun akal leka pada kiasan disebaliknya
jiwa dipandu berpaksikan nafsu
lupa kurniaan itu kan sirna jua bilamana DIA mengkehendakinya
Dan itulah hakikat yang pasti
daerah asing yang ku redahi itu memarut kecewa yang hampir membunuh jiwa
menghumban aku dalam lautan kesal yang tak berpenghujung
tenggelam dalam lautan duka yang sia-sia
tiada yang ku temui melainkan kecewa
Ya Allah
Segala ketentuan ku serahkan pada-Mu
biarlah masa yang berbicara,
tak akan aku berpaling pada yang menunggu dan mengugat,
sapanya meletihkan diri,
hadirnya mengundang penat,
cintanya hanya bersalut segunung kepalsuan dan kepura-puraan
Sesungguhnya hanya pada-Mu terletak selautan kebahagiaan yang hakiki
Ya Allah, Ya Tuhan ku, semakin jauh diriku dengan-Mu, semakin dekat pula Kau menghampiriku. Betapa kerdilnya diriku dihadapan-Mu. Keindahan fatamorgana mengalpakan aku pada bayangan mentari, aku tenggelam dengan dusta dunia yang penuh kepura-puraan. Telah aku redahi daerah cinta yang lahir dari wardah kealpaan, namun tiada yang kutemui melainkan hanya sebuah kekecewaan. Di kala dinihari, aku menyingkap tirai hatiku Ya Rabbi, untuk aku intai keampunan dari-Mu. Jernih embun kasih sayang-Mu aku dambakan, moga tiap jejakku yang bertapakkan debu-debu kejahilan dapat aku jirus dengan madu keimanan-Mu.
Andainya dihitung amalan-amalanku, belum pasti dapat aku hampiri gerbang syurga-Mu. Ya Allah, tak termampu aku sujud untuk menghapuskan dosa-dosa yang lalu, dan tak ternilai air mataku dengan permata yang bisa memadamkan api neraka-Mu.
Ya Allah Ya Tuhanku di hamparan ini aku meminta kepada-Mu Tuhan Yang Maha Esa, terimalah taubat hambamu ini yang penuh dengan debu dosa-dosa lalu. Aku akui kelemahan diri, aku insafi kekurangan ini, dan aku menyesali kejahilan-kejahilanku terimalah taubatku Ya Allah.
Telah aku rasai derita jiwa dan perasaan kerana hilang dari jalan menuju redha-Mu. Ya Allah, aku mendambakan sebutir hakikat untuk aku semai menjadi sepohon makri’fat, moga dapat aku berteduh dipohon rendang kasihmu. Ya Allah, Ya Tuhanku, Engkau teguhkanlah pendirianku, Engkau tetapkanlah keimananku dan jauhkan aku dari hidup yang sia-sia.
Lestarikan wadiku, dan leraikan aku dari pautan nafsu moga dedebu dosa yang mengaburkan hatiku dapat disinari dengan cahaya keimanan-Mu. Terima kasih tak terhingga atas air mata tarbiyah ini. Moga diriku dapat meraih indahnya khusnul khatimah-Mu.
“Jagalah (perintah) Allah s.w.t, maka Dia akan menjagamu; jagalah (kehormatan) Allah s.w.t, nescaya engkau akan mendapati-Nya bersamamu; Bila engkau memohon sesuatu, mohonlah kepada-Nya semata; Bila engkau meminta pertolongan, minta tolonglah kepada Allah semata." – [H.r Tirmidzi]
–nk
Comments
Post a Comment