Izinkan Aku mencintai Mu
Part I
Dalam langkah demi
langkah, lelah datang menyapa. Sejenak aku terhenti, menyedut sang udara, melepaskan
lelah dan penat yang terhimpun.
Gerak laku yang menyapa tubir mata memakukan pandanganku. Tangan tua itu gigih memikul plastik gedabak dibahu kanan dan kirinya. Mengheret dari satu gerai ke gerai, dari satu lot ke lot, dari satu kenderaan ke kenderaan lainnya. Namun bebannya masih jua tak berkurang, dan peluh yang merintik semakin lebat membasahi baju lusuhnya.
Langkahnya masih diteruskan. Makin menjauh dari kornea mataku. Tanpa persoalan pertimbangan, akal menggerakkan kakiku menyusuri jejak langkah tubuh tua itu..
"Assalamuallaikum.." Santun suaranya terlontar.
"Maaf pak cik. Kat sini tak boleh mintak sedekah." Tanpa panahan korne ke korne, pintu lungsur segera ditarik tutup.
Kepala tua itu menunduk. Hampir lima minit terpaku diposisinya, tubuh tua itu mendongak ke langit lantas tersenyum. Kepalaku turut mendongak. Cuba melihat apa yang membuatkan si tubuh tua itu mampu tersenyum dalam refleks laku yang menghadirkan sendu didadaku.. ‘Sedang aku hanya pemerhati, bukan yang menggalasnya!’
"Alhamdulillah.."
Suara tua itu menyentakkan fikiranku.
Gerak laku yang menyapa tubir mata memakukan pandanganku. Tangan tua itu gigih memikul plastik gedabak dibahu kanan dan kirinya. Mengheret dari satu gerai ke gerai, dari satu lot ke lot, dari satu kenderaan ke kenderaan lainnya. Namun bebannya masih jua tak berkurang, dan peluh yang merintik semakin lebat membasahi baju lusuhnya.
Langkahnya masih diteruskan. Makin menjauh dari kornea mataku. Tanpa persoalan pertimbangan, akal menggerakkan kakiku menyusuri jejak langkah tubuh tua itu..
"Assalamuallaikum.." Santun suaranya terlontar.
"Maaf pak cik. Kat sini tak boleh mintak sedekah." Tanpa panahan korne ke korne, pintu lungsur segera ditarik tutup.
Kepala tua itu menunduk. Hampir lima minit terpaku diposisinya, tubuh tua itu mendongak ke langit lantas tersenyum. Kepalaku turut mendongak. Cuba melihat apa yang membuatkan si tubuh tua itu mampu tersenyum dalam refleks laku yang menghadirkan sendu didadaku.. ‘Sedang aku hanya pemerhati, bukan yang menggalasnya!’
"Alhamdulillah.."
Suara tua itu menyentakkan fikiranku.
Mukanya diraup dengan kedua belah telapak tangannya. Plastik gedabaknya kembali dicapai dan digalas ke bahu. Dalam senyuman yang hanya dia mengerti, langkahnya kembali bersambung.
Dan masih aku
setia mengekori jejaknya.
Sejenak, tubuh tua itu menoktahkan langkah. Cermin kereta disisinya diketuk perlahan.
Tiada respon. Tiada tindak balas. Seolah didalamnya tak berpenghuni.
Sejenak, tubuh tua itu menoktahkan langkah. Cermin kereta disisinya diketuk perlahan.
Tiada respon. Tiada tindak balas. Seolah didalamnya tak berpenghuni.
Perlahan tubuh tua
itu menyambung langkah. Masih lagi tersenyum dalam teriknya mentari.
Kepala ku kalih ke belakang. Kereta yang lahirnya dinegara asing tepat dikornea mataku. Isinya bergelak penuh gembira ditemani penyaman udara yang menyelesakan. Sayangnya mereka buta hati..
Kepala ku kalih ke belakang. Kereta yang lahirnya dinegara asing tepat dikornea mataku. Isinya bergelak penuh gembira ditemani penyaman udara yang menyelesakan. Sayangnya mereka buta hati..
Kakiku menjerit
kepenatan. Tengkukku menagis kehausan. Jalanan ku rasakan sudah terlalu jauh,
namun tubuh tua itu masih tegap melangkah. ‘Tak kehausan ke dia? Tak terasa
penat dek pancaran matahari yang membakar ke dia? Sedang aku hampir rebah
kelelahan..’
Lecongan langkah
kaki tua itu kini tepat pada sebuah masjid. Dan hatiku terdetik bimbang. Bimbang
beliau akan dihalau keluar. Rentak kaki mula berlari laju.
Seusai salam terakhirku, tubuh tua yang hanya dipisahkan dua kaki dariku masih bersimpuh dalam letaknya. Khusyuk sekali!
Telapak tangannya diangkat tinggi. Dan aku spontan mengikut gerak lakunya.
"Assalamuallaikum duhai Kekasihku.. Salam dan selawat ke atas Rasul junjunganMU, Allah hu ma soliala Muhammad wa ala alihi muhammad.."
"Sallallahu ala muhammad.." Dalam getar hati, saat suara yang terkandung berjuta rasa itu berbicara dengan Khaliknya aku diselimuti satu rasa. Rasa yang tak mampu aku huraikan. Namun cukup dengan kata ‘indah!’
"Duhai Kekasihku, alhamdulillah di atas kurniaan nikmatMU ke atas diriku hari ini.."
Hatiku berbisik, 'Sedang satu apa pun jualannya tak terjual..'
"..cukuplah untukku dan keluargaku. Sesungguhnya kurniaan RahmatMU terlalu besar dan berharga buat kami."
Dadaku bergetar bagai dipalu. Bait kata itu berputar dibenak. ‘”Sesungguhnya kurniaan RahmatMU terlalu besar dan berharga buat kami..” ‘RahmatMU..kata yang makin ku lupa untuk mensyukurinya apatah lagi untuk menghargainya Ya Rabbi!..’
"Duhai Kekasihku, dengan RahmatMU masih dapat ku kembali sujud kepadaMU. Dengan RahmatMU masih hati ini bergetar saat dilaungkan seruanMU. Dengan RahmatMU bibir yang hampir merekah dek kehausan ini masih basah dengan zikruallahMU..dan cukuplah Engkau bagiku Ya Rabb, Alhamdulillah.."
Pipi yang bila kebasahannya, tidak ku sedari..
"Duhai Kekasihku, padaMU aku datang mengadu. Kisah hati dalam tenatnya sebuah kehidupan. Kerana ku tahu, hanya padaMU tempat ku bergantung. Hanya padaMU tempat ku mengadu.."
"Duhai Kekasihku, jerihnya mencari sesuap nasi untuk mengalas amanah yang kau berikan padaku hanya Kau dan aku yang mengetahuinya. Di saat bebanan kepala ini tak mampu lagi menahan terik mentariMU yang menyimbah, dada yang beralun dengan zikruallahMU membisikkan janjiMU, dan Iman yang hampir rebah kembali teguh. Betapa besarnya RahmatMU pada hamba hina Mu ini Ya Allah..melebihi kekayaan nikmatMU. Ya Illahi, seandainya seisi dunia ini kau anugerahkan padaku, tetapkan hatiku dengan RahmatMU..”
Seusai salam terakhirku, tubuh tua yang hanya dipisahkan dua kaki dariku masih bersimpuh dalam letaknya. Khusyuk sekali!
Telapak tangannya diangkat tinggi. Dan aku spontan mengikut gerak lakunya.
"Assalamuallaikum duhai Kekasihku.. Salam dan selawat ke atas Rasul junjunganMU, Allah hu ma soliala Muhammad wa ala alihi muhammad.."
"Sallallahu ala muhammad.." Dalam getar hati, saat suara yang terkandung berjuta rasa itu berbicara dengan Khaliknya aku diselimuti satu rasa. Rasa yang tak mampu aku huraikan. Namun cukup dengan kata ‘indah!’
"Duhai Kekasihku, alhamdulillah di atas kurniaan nikmatMU ke atas diriku hari ini.."
Hatiku berbisik, 'Sedang satu apa pun jualannya tak terjual..'
"..cukuplah untukku dan keluargaku. Sesungguhnya kurniaan RahmatMU terlalu besar dan berharga buat kami."
Dadaku bergetar bagai dipalu. Bait kata itu berputar dibenak. ‘”Sesungguhnya kurniaan RahmatMU terlalu besar dan berharga buat kami..” ‘RahmatMU..kata yang makin ku lupa untuk mensyukurinya apatah lagi untuk menghargainya Ya Rabbi!..’
"Duhai Kekasihku, dengan RahmatMU masih dapat ku kembali sujud kepadaMU. Dengan RahmatMU masih hati ini bergetar saat dilaungkan seruanMU. Dengan RahmatMU bibir yang hampir merekah dek kehausan ini masih basah dengan zikruallahMU..dan cukuplah Engkau bagiku Ya Rabb, Alhamdulillah.."
Pipi yang bila kebasahannya, tidak ku sedari..
"Duhai Kekasihku, padaMU aku datang mengadu. Kisah hati dalam tenatnya sebuah kehidupan. Kerana ku tahu, hanya padaMU tempat ku bergantung. Hanya padaMU tempat ku mengadu.."
"Duhai Kekasihku, jerihnya mencari sesuap nasi untuk mengalas amanah yang kau berikan padaku hanya Kau dan aku yang mengetahuinya. Di saat bebanan kepala ini tak mampu lagi menahan terik mentariMU yang menyimbah, dada yang beralun dengan zikruallahMU membisikkan janjiMU, dan Iman yang hampir rebah kembali teguh. Betapa besarnya RahmatMU pada hamba hina Mu ini Ya Allah..melebihi kekayaan nikmatMU. Ya Illahi, seandainya seisi dunia ini kau anugerahkan padaku, tetapkan hatiku dengan RahmatMU..”
“Duhai Kekasihku, terkadang
aku terfikir seandinya aku punyai segala kurniaan nikmatMU saat ini, akankah
aku merasai syurganya RahmatMU ini..?”
Sendu yang ditahan
menggetarkan seluruh jasad tuanya. “..ternyata tanpa kegelapan malam, tak
mungkin aku dapat melihat indahnya gemerlapan bintangMU. Dan aku yang penuh
hina dan jijik ini datang bersimpuh, atas kurniaan RahmatMU Ya Allah. Sentuhan
cinta yang menjanjikan sebenar-benarnya nikmat cinta, yang tak ku temui pada
hamparan duniawi yang aku redahi..”
“Duhai Kekasihku,
seandainya cinta ini dapat ku terjemahkan kepada kata-kata, nescaya tiada air
mata insan yang gugur sia-sia melainkan untukMU. Duhai Kekasihku, sebagaimana
kau sentuh hatiku dengan cinta AgungMU, aku mohon Ya Rabb..KAU sentuhlah
hati-hati kesayanganku, hati-hati saudara-saudara seagamaku, hati-hati yang
merindui dan mendambakan MU, moga mereka merasakan hebatnya sentuhan cintaMU
ini Ya Rabbi..”
‘Allah hu Allah!’ Dada ku lekap kejap. Menahan getar yang maha kuat.
‘Allah hu Allah!’ Dada ku lekap kejap. Menahan getar yang maha kuat.
“Duhai Kekasihku,
kuatkan aku untuk meneruskan perjalananku. Duhai Kekasihku moga hari esok lebih
baik kesabaranku, keImananku, keSyukuranku dan keteguhanku dari hari ini. Duhai
Kekasihku sampaikan berita gembira buat insan-insan kesayanganku yang sedang
menanti kepulanganku. Sesungguhnya KAU Maha Pengasih dan Pemurah..”
Tanpa dapat ku
tahan, seusai tubuh tua itu meraup mukanya yang kebasahan, tangan tuanya ku
capai dan ku cium.
“Anak ok?” Dia
kebingungan.
Kepala ku angguk
laju dalam sendu yang masih kedengaran. Masih lagi aku statik dalam posisi ku.
Usapan dikepala
menenangkan. Aliran haba yang terasa mengalir ditubuhku mendamaikan. ‘Tubuh tua
itu memelukku!’ Harumannya sangat harum. Usapannya penuh kasih. Dialah insan terpilih!
Orang-orang yang mencintaiMU..dan orang-orang yang KAU cintai..
“Tiada indahnya
dunia ini tanpa Redha dan RahmatNYA nak..”
“Pak cik doakan
saya. Doakan saya sekuat pak cik..”
Bibir tua itu
masih tak lekang dari senyuman. “InsyaAllah nak. Sama-sama lah kita mendoakan
buat saudara-saudara kita.”
Angguk.
“Anak, ujian yang datang
dalam kehidupan kita badainya berbeza. Jangan mengharapkan untuk jadi sehebat
Hanzalah, tapi cukuplah bila kita kuat untuk melawan nafsu diri. Itulah sebenar-benarnya
kehebatan disisiNYA. Hidup bermula dengan lahirnya sebagai bayi. Dan tak
mungkin seseorang itu lahir terus sebagai orang dewasa. Sebegitulah dengan
jalanan ujian. Kekuatan itu tak akan datang hanya dengan sekali jatuhan
langkah. Tetapi kekuatan itu terbina dari asa yang tak pernah menyerah..”
Bahuku ditepuk tangan tua itu berulang kali.
“Bergantunglah
hanya padaNYA, insyaAllah selamat dunia akhirat. Jagalah DIA, nescaya DIA akan
menjagamu. Yakinlah dengan janjiNYA, nescaya kau kan redha. Carilah ilmu walau
dari anak yang kecil, nescaya jalananmu kan terang dengan suluhanNYA. Carilah keberkatan
pada orang tua mu, nescaya RahmatNYA kan menyelimutimu. Dan cintailah DIA,
nescaya kau kan rasai sentuhan cinta AgungNYA..”
“Terima kasih pak
cik..” Dan pipi ku kembali basah..
“Sama-sama nak. Pak
cik mintak diri dulu. Moga Allah swt memberkati mu. Assalamuallaikum.”
“Pak cik..” Tangan
tua itu ku jabat.
“Anak?” Matanya
bergenang dengan sinar kegembiraan.
Kepala ku angguk.
“Alhamdulillah.”
Mukanya diraup. “Moga Allah memberkati mu..”
‘Ameen…’ “Waalaikumusalam.”
Langkah tubuh tua itu semakin menghilang dari korne mata ku. ‘Pasti ku kan
merindui titisan mutiara jernih dan sendu bicara tua ini..’
*****
Dada langit ku
tatap. Kelamnya malam yang indah berbintangkan sang bintang. KAU ku rasa dekat.
Terlalu dekat. Tanpa jarak pemisah. Inikah rasanya sentuhan cintaMU Ya Khaliq..
Moga saat ini kan menjadi milikku sampai ajal menjemput. Ku harap Ya Rabbi..
Dalam rembesan keinsafan, tadahan pengharapan sekalung doa ku bisikkan hanya padaMU, "Izinkan aku mencintaiMU...."
Dalam rembesan keinsafan, tadahan pengharapan sekalung doa ku bisikkan hanya padaMU, "Izinkan aku mencintaiMU...."
Cintaku tak
berdusta
Tak mengenal ingkar
Tak kenal nestapa
Cintaku hanya indah
Hanya bahagia
Untuk selamanya
Tak mengenal ingkar
Tak kenal nestapa
Cintaku hanya indah
Hanya bahagia
Untuk selamanya
Apa yang ku
rasakan ini
Persembahan untuk
diriMU
KAU dengarkan
kasih ku..
MencintaiMU tak mengenal waktu
Tak mengenal puitis
Hanya tulusnya
hati
MencintaiMU tak
mengenal ragu
Keyakinan hatiku
Hanya untuk diriMU
selalu..
Cintaku tak
berdusta
Tak mengenal
ingkar
Tak kenal
nestapa..
Tak ada seribu
janji
Hanya bahagia
untuk selamanya…
~Kurniaan Nikmat adalah
ganjaran bagi ‘sesiapa’ yang berusaha. Dan kurniaan Rahmat adalah anugerah
kekayaan bagi ‘hati-hati yang dekat denganNYA’. Hadirnya tak terlihat kerana
sentuhannya penuh Rahmat!~
JourneyOfAbdillah,
Oct2012 –nk
Comments
Post a Comment