Dari DIA Ada Aku
Idea: Dari Langit
Meniti
perjalanan dalam langkah hamba, rencahnya tak semudah bayangan akal. Tika
titian dititi bersama bingung, hanya keyakinan dihati mencampak diri teguh
mengayuh langkah kaki walau adakalanya lariannya sumbang.
Sejujurnya,
tak mudah meniti yang bernama kehidupan. Tika usia yang bertambah membezakan
tanggungjawab dan amanah yang tergalas, kehidupan tak lagi mampu dibaca dengan
hanya bekalan sifir yang mudah. Zone selesa harus ditinggalkan. Langkah perlu
dikayuh walau dibebani keringat. Dan air mata bercerita untuk segala penat dan
lelah yang dilalui.
Belajar
membaca kehidupan dari sisi orang lain, membuatkan aku sering terhenyak pada
hakikat yang dibentangkanNya, menghantar detakan hati; kagum pada Agungnya
Kekuasaan Allah Yang Satu.
Sifir
kehidupan tak datang dengan mudah, tak terbentang didada kaku, tak kan terpadam
dek berlalunya masa dan hanya boleh digenggam kala hati dipandu cahayaNya.
Duhai
insan, berlarilah walau kau penat. Menangislah bila kau lelah. Dan jangan
pernah berpaling dariNya, saat hanya dengan Nya kau kan temui jalanan yang
benar tika manusia dan dunia pasti kan mati dan musnah. Lumrah menjadikan kita
sering lelah pada ujian, dan hanya Iman yang dapat memujuk hati yang tenggelam
dek asa dan menghantar kembali langkah kaki berdiri kukuh. Sejauh mana kau
berlari, ketenangan tetap tak dapat kau miliki tanpaNya. Tika hanya padaNya segalanya
datang dan kembali.
******
Bingung
dalam langkah yang tiba tiba kelam, sakitnya bagai tusukan tanpa darah. Kosong
yang menghantar takut. Takut seandai Dia menjauh. Dan bagaimana diri hina ini
mampu meneruskan hari? Saat Dia tiada untuk meredhai langkah…
Dua
malam berlalu. Dalam sepi yang hanya ditemani air mata. Aku masih mendongak
langit Mu, menanti senyumanMu untuk ku. Berharap, masih aku dalam RahmatMu,
mengharap pimpinanMu hingga hujung helaan nafasku.
‘Tuhan,
ku tahu banyak khilaf yang aku susuri. Dan terlalu banyak dedebu dosa yang aku
heret hari ke hari, dan masih Kau memberi KeampunanMu, memaafkan hamba hina Mu
ini. Jauh perjalanan yang telah aku tinggalkan, dan saat aku menoleh pada
jalanan semalam, air mata sering tumpah, tika ditiap langkah Kau selalu ada
untukku…’
‘Tuhan,
maafkan aku membuatkan mu kecewa lagi. Sepi Mu membuatkan aku bagaikan si gila,
sungguh tiada aku tanpa Mu…’
‘Tuhan,
aku tahu Kau Maha Pengampun, dan tunjukkan aku jalanMu saat kini aku tak mampu
melangkah tanpa pimpinanMu. Kudrat ku adalah Mu Rabbi, pimpinlah aku menuju Mu,
ajarkan aku tentang keCintaanMu, agar aku menjadi hambaMu yang bersyukur..’
‘Tuhan,
hati ini, diri ini, hanya Engkau yang mengerti. Dan KasihMu menjadikan aku
mulia dimata insan, saat hakikatnya andai Kau tidak Menyayangi ku, nescaya
pokok dan haiwan pun tak kan pernah sudi memandang ku, betapa hinanya aku
pendosa yang hanya Kau sudi memandang dan memaafkan aku…’
‘Tuhan,
terlalu banyak bicara untukMu aku karang. Moga Kau tak kan tinggalkan aku
meniti kehidupan ini dengan akal dan kejahilan diriku. Ku harap Rabbi…’
Anak
mata yang terpaku didada langit dilarikan sebelum terhenti dikalam yang elok
terletak tinggi. Tanpa sempat akal mencerna, kaki menyusun langkah dan kalam
indah selamat digenggaman tangan.
Sepuluh
minit berlalu, masih kalam itu menjadi renungan mata. Sesekali jejari mengusap
lembut. Ada rasa yang singgah. Rasa yang tak tertafsir. Namun sungguh, ianya
indah!
Dengan
lafaz bismillah, helaian diselak sebelum mata mendarat tepat di Surah ad-Dhuha.
Saat bibir melantun bacaan, deraian air mata bagai tak terbendung. “Allah!”
‘Tuhan, Kau mendengar rintihan hamba hina Mu ini, dan Kau memeluk aku dengan
JanjiMu saat aku hanya ada Mu meniti kelam dan bingungnya hari yang tak mampu
aku jalani tanpa petunjukMu Rabbi..’ Kepala ku dongak ke langit. ‘Terima kasih
Rabbi…’
“Tuhanmu tidak pernah meninggalkanmu,
dan ia tidak benci (kepadamu sebagaimana yang dituduh oleh kaum musyrik.”
[93:3]
Pada
siapa harus ku berlari
Tika
hanya padaMu
Keampunan
dan Kemaafaan
Yang
memberi Rahmat dan Nikmat
Untuk
pendosa hina ini
“Dan sesungguhnya kesudahan keadaanmu
adalah lebih baik bagimu daripada permulaannya.” [93:4]
Tika
aku memijak dunia dengan air mata
Kau
mendidik aku menjadi pahlawan kehidupan
Mentarbiyyah
dengan lebatnya ujian
Yang
menyaksi tiada aku kini tanpaMu yang Memandu
Saat
dunia melontar tawa
Dan
aku belajar untuk mengukir senyuman
Kerana
KasihMu
Menjadikan
aku insan
Yang
bernafas dalam mulianya SifatMu
Yang
terdidik oleh indahnya akhlak KekasihMu
Muhammad
s.a.w
Tika
dunia megah dengan isinya
Aku
membaca kehidupan dengan sifirMu
Dunia
itu hanya debu
Yang
tak kan pernah mampu menebus ku
Di
Sana nanti
“Dan sesungguhnya Tuhanmu akan
memberikanmu (kejayaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat) sehingga engkau
redha – berpuas hati.” [93:5]
Masa
dan sabar
Menjadikan
aku insan
Yang
belajar menghafal sifir kehidupan
Ujian
itu tidak datang
Hanya
untuk sia sia
Tika
hati disapa lelah
Aku
jua jatuh dalam langkah
Dan
terima kasih Tuhan
Menyambut
tanganku
Kembali
melangkah
Walau
air mata berbisik lelah
Kerana
ku tahu
Di
sini adalah perjuangan
Sebelum
aku meniti
Rehat
yang panjang
Yang
bakal menjengah
“Bukankah Dia mendapati engkau yatim
piatu, lalu ia memberikan perlindungan?” [93:6]
Saat
aku harus melepaskan
Untuk
senyuman dibibir seorang insan
Agar
dia tak rasa terbuang
Agar
dia kembali berlari
Meniti
hari yang bernama kehidupan
Hakikatnya
bukan mudah
Saat
aku sedar
Aku
jua insan yang punya rasa
Memandang
tawa mereka dari jauh
Adakalanya
aku ingin berlari mendekat
Melagukan
melodi yang sama
Dan
adakalanya hidup memerlukan perngorbanan
Untuk
luka yang aku toreh padanya
Moga
akan sembuh
Bersama
masa yang Dia janji
Tika
air mata berderai dipipi
Rindu
tak lagi mampu aku pujuk diam
Dan
pengorbanan itu tak mudah
Saat
berkali aku ingin menodainya
Maafkan
aku Tuhan
Yang
sering rapuh
Dan
terima kasih
Tak
pernah jemu
Mendengar
aku dalam ceritaku
Yang
tak pernah sudah
“Dan didapatiNya engkau mencari cari
(jalan yang benar), lalu ia memberikan hidayah petunjuk (dengan wahyu –
Al-Quran)?” [93:7]
Pada
siapa harus ku berlari
Tika
hanya padaMu
Keampunan
dan Kemaafaan
Yang
memberi Rahmat dan Nikmat
Untuk
pendosa hina ini
Walau
berulang kali aku tersungkur
Dan
aku tetap berlari menuju Mu
Tika
hanya Engkau yang menghidupkan aku
Yang
Mencintai dan Mengasihani
Memaafkan
dan Memimpin
Seorang
hamba
Yang
hina dan keji
Yang
tiada siapa peduli
Umur
hidup yang aku lewati, aku tak pernah mampu menyelami saat ada bibir berbicara
tentang indahnya KalamNya. Dan kini, aku kehilangan kosa kata untuk ku coret
betapa ajaibnya Kalam Allah yang membuatkan aku hanya mampu mendakapnya erat ke
dada, berharap moga terdakap erat saat aku kembali padaNya.
Untuk
hati hati yang mencariNya
Berlarilah
tanpa jemu
Jatuh
bangun itu rencah
Dan
jangan pernah tinggalkan medan perjuangan ini
Hanya
kerana doa mu belum terjawab
Saat
Kasihnya Dia terlalu misteri
Untuk
dicerna oleh keterbasan akal manusiawi
Berdoa
lah diberi petunjuk
Dakaplah
erat sabar dihati
Dan
belajarlah membaca kehidupan
Dengan
padangan mata hati
Bukan
dengan jahilnya akal dan nafsu yang dicemari
insyaAllah
kau kan temui
Indahnya
cinta Dia Yang Maha Memberi…
Tuhan
Yang
selalu ada saat aku tunduk
Menyerah
kalah
Tuhan
Yang
setia mendengar saat aku
Berteriak
bingit dalam tangis
Tuhan
Yang
tak jemu memimpin tanganku
Saat
aku memberontak penuh ego
Tuhan
Yang
tak pernah melempar aku jauh
Walau
kerap kali
Diri
terpalit noda dosa
Walau
kerap kali
Diri
tunduk lemah pada badai ujian
Walau
kerap kali
Kaki
berlari meninggalkan medan perjuangan
Hanya
kerana lelah yang menjerit
Hanya
kerana luka yang sedikit
Hanya
kerana terhimpit
Dek
derita yang hanya sementara
Tuhan
Yang
menjadikan aku kuat
Melempar
aku berdiri teguh saat ini
Tuhan
Yang
melebur amarah dan dendam
Menjadikan
aku kasih dan pemaaf
Tuhan
Dialah satu satunya Kekasih ku…
Redhai aku Rabbi...
Dialah satu satunya Kekasih ku…
Redhai aku Rabbi...
–nk
Comments
Post a Comment